Seorang teman guru berkata,”aku
dikomplin siswa. Katanya, mengapa ibu memperbolehkan si A, yang terlambat masuk
kelas. Padalah minggu lalu, ibu tegas tidak mengijinkan siswa tellat masuk
kelas. Mengapa sekarang lain?.”
“menurut bapak, salahkah saya
ini?.” Tanya dia padaku.
Aku cukup lama tak menjawab pertanyaannya itu. Karena aku
sebenarnya tak mau acuh. Urusan tellat masuk kelas jam pertama atau jam lain
tak ada yang risau. Malah, secara berseloroh beberapa sejawat sudah apatis
dengan keterlambatan model beginian ini. Tak disini atau disana sama saja. Ini bukan tindakan indisipliner,
yang melanggar aturan, norma, dan menjelekkan martabat bangsa yang patut untuk
ditindak tegas.
“pak, gimana. Tidak salah
perilaku saya ini, ya?.” Harapnya dengan penuh sungguh – sungguh.
“tidak bu. Sampean ini melebih –
lebihkan saja. Coba lihat yang lain. sama sajakan. Mungkin ibu saja yang sensi
dengan godaan siswa. Jangan mudah terpancing emosi, lho bu. Biasa aja. Ok.
Tidak sedang lambat bulankan. Lagian inikan masih tanggal muda ” Timpal saya
sekenanya.
“bapak ini gimana, sih. Aku tanya
sungguhan, pak. Malah diginiin. Wah...wah....” dengan sedikit muka merah dia
menggeleng – geleng kepala dan beranjak pergi meninggalkanku sendiri yang merasa
bersalah ngomen dan benggong menyaksikan reaksinya.
“Menurut anda bagaimana?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar